-
Recent Posts
Recent Comments
- Anonymous on Technopreneurship
Archives
Categories
Meta
Technopreneurship
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sempitnya lapangan kerja dewasa ini telah membuka arena kompetisi yang ketat bagi setiap angkatan kerja. Tidak jarang rasa sumpek dan pengap menyergap bagi calon tenaga kerja yang harus berdesak‑desakan untuk mendapatkan peluang dalam bursa‑bursa kerja, baik yang diadakan lembaga‑lembaga konsultan, departemen tenaga kerja maupun perguruan‑perguruan tinggi. Meskipun situasi persaingan sedemikian ketatnya, keinginan untuk mencari kerja masih sangat tinggi. Para calon tenaga kerja tidak ragu‑ragu untuk membekali diri dengan bersekolah hingga ke tingkat perguruan tinggi, kursus keterampilan‑keterampilan tertentu, belajar bahasa Inggris atau Mandarin, mengikuti workshop‑workshop untuk mendalami tip‑tip dalam meraih lapangan kerja dan sukses karir. Bahkan, kalaupun sampai diminta untuk membayar sekalipun, mereka pun bersedia, asalkan mendapatkan pekerjaan. Antrian mencari kerja sudah terlalu panjang, sedangkan kebutuhan harian tidak dapat dihentikan. Maka salah satu jalan yang tidak terlalu sulit yaitu dengan merintis jalan menjadi seorang Technopreneur yang sukses. Kalau kata enterpreneur sudah tidak asing bagi kebanyakan orang, sedangkan kata technopreneur tampak masih asing. Technopreneur secara sederhana dapat diartikan sebagai seorang peminat teknologi yang berjiwa enterpreneur. Tanpa jiwa enterpreneur, seorang peminat teknologi hanya menjadi teknisi dan kurang dapat menjadikan teknologi yang digelutinya sebagai sumber kehidupannya.
1.2 Ruang Lingkup
Dari topik pembahasan mengenai tatacara penulisan Technopreneur maka ruang lingkup yang akan dicakup yaitu mengenai mengintegrasikan antara teknologi dan keterarnpilan kewirausahaan (enterpreneurship skills).
1.3 Tujuan
Technopreneur adalah seorang entrepreneur yang mengoptimalkan segenap potensi teknologi yang ada sebagai basis pengembangan bisnis yang dijalankannya untuk mencapai tujuan yang sukses.
Fungsi Technopreneur adalah untuk :
- Menghasilkan generasi kreatif dan inovatif
- Mencetak generasi pengambil “resiko”
- Menghadirkan lapangan kerja baru
- Mempersempit jurang kesenjangan teknologi
- Pemanfaatan bahan baku yang berasal dari sumber daya alam yang ada
- Menghemat sumber daya (energi).
1.4 Metodologi Penulisan
Metodologi penulisan makalah ini yaitu studi pustaka. Dengan metodologi ini , kami dapat mencari informasi yang relevan dalam judul yang akan di teliti ini dan juga untuk mencari landasan teori untuk penulisan paper ini.
BAB 2
Landasan Teori
2.1 Entrepreneurship
Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Sesuatu yang baru dan berbeda adalah nilai tambah barang dan jasa yang menjadi sumber keuanggulan untuk dijadikan peluang. Jadi, kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda (Suryana, 2006).
M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (2004) mengemukakan kewirusahaan adalah penerapan kreativitas dan keenovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui proses pengelolaan sumber daya untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari
2.2 Technopreneurship
Technopreneurship merupakan istilah bentukan dari dua kata, yaitu “ Technology” dan “ Enterprneneurship ” . Jika kedua kata digabungkan, maka kata teknologi mengalami penyempitan arti, karena teknologi dalam “technopreneurship” mengacu pada teknologi informasi, yaitu teknologi yang menggunakan computer dan internet sebagai alat pemrosesan.
Menurut Antonius Tanan(2008,p97), istilah technopreneurship merupakan gabungan dari dua kata yakni teknonolgi dan enterpreneur. Kata teknologi berasal dari bahasa yunani yang berarti tindakan sitematis dari sebuah kecakapan, termasuk seni. Sedangkan enterpreneur merupakan tindakan komersialisasi terhadap suatu produk. Sehingga Tanan menyimpulkan bahwa technopreneurship merupakan suatu proses komersialisasi produk-produk teknologi yang kurang berharga menjadi berbagai produk yang bernilai tinggi sehingga menarik minat konsumen untuk membeli atau memilikinya.
Menurut Tata sutarbi (2009) menyatakan bahwa technopreneurship merupakan proses dan pembentukan usaha baru yang melibatkan teknologi sebagai basisnya, dengan harapan bahwa penciptaan strategi dan inovasi yang tepat kelak bisa menempatkan teknologi sebagai salah satu faktor untuk pengembangan ekonomi nasional.
BAB 3
Pembahasan
3.1 Definisi Technopreneurship
Sudah sangat familiar dan banyak dipublikasikan tentang Technopreneurship (Technology entrepreneurship),Technopreneurship sebenarnya adalah entrepreneurship namun mempunyai bobot dan fokus pada teknologi. Ini bermula dari pergeseran ekonomi dari old industrial economy menjadi ekonomi yang lebih berbasis enterpreneur – services..
Teknologi merupakan sutu cara yang dilakukan oleh manusia untuk merubah alam dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya.
Teknologi merupakan sutu cara atau metode untuk mengolah sesuatu agar terjadi efisiensi biaya dan waktu, sehingga dapat menghasilkan produk yang lebih berkulitas. Dasar-dasar penciptaan teknologi adalah : kebutuhan pasar, solusi atas permasalahan, aplikasi berbagai bidang keilmuan, perbaikan efektivitas dan efisiensi produksi, serta modernisasi.
Entrepreneurship adalah proses mengorganisasi dan mengelola resiko untuk sebuah bisnis baru. Seorang entrepreneur melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi dan mengevaluasi peluang pasar.
b. Menemukan solusi-solusi yang diperlukan (uang, orang, dan peralatan) untuk menjalankan bisnis.
c. Memperoleh sumberdaya yang diperlukan (uang, orang, dan peralatan) untuk menjalankan bisnis.
d. Mengelola sumberdaya dari tahap awal (start-up) ke fase bertahan (survival) dan fase pengembangan (ekspansi).
e. Mengelola risiko-risiko yang berhubungan dengan bisnisnya.
Jadi ada dua pokok penting yang harus diperhatikan dalam mendefenisikan Tecnopreneuship itu yaitu penelitian dan komersialisasi. Penelitian berorientasi pada penemuan dan penambahan ilmu pengetahuan. Komersialisasi dapat didefenisikan sebagai pemindahan hasil penelitian atau teknologi, yakni : lisensi, berpartner, atau menjualnya kepada pihak yang akan mengkomersialkannya.
3.2 Technopreneurship sebagai Inkubator bisnis berbasis teknologi
Teknologi komunikasi dan informasi atau teknologi telematika (information and communication technology –ICT) telah diakui dunia sebagai salah satu sarana dan prasarana utama untuk mengatasi masalah-masalah dunia. Teknologi telematika dikenal sebagai konvergensi dari teknologi komunikasi (communication), pengolahan (computing) dan informasi (information) yang diseminasikan mempergunakan sarana multimedia. Masalah di Indonesia yang paling utama adalah bagaimana memecahkan masalah kesenjangan digital yang masih sangat besar dengan menumbuh-kembangkan inovasi atau teknopreneur industri telematika. Technopreneurship atau wirausaha teknologi merupakan proses dan pembentukan usaha baru yang melibatkan teknologi sebagai basisnya, dengan harapan bahwa penciptaan strategi dan inovasi yang tepat kelak bisa menempatkan teknologi sebagai salah satu faktor untuk pengembangan ekonomi nasional.
Pengusaha bidang teknologi (Technopreneur), khususnya teknologi informasi (TI) membutuhkan adanya kebebasan dalam berinovasi, tanpa harus terkekang oleh regulasi yang malah menghambat. Semakin pemerintah mengendurkan ketatnya regulasi yang mengatur gerakan grass root komunitas TI di Indonesia, maka akan memberikan dampak positif berupa tumbuhnya TI itu sendiri dan juga aspek bisnisnya. Hal ini sangat penting karena dilandasi pengalaman di lapangan, di mana seringkali terjadi benturan antara kepentingan badan usaha sebagai unit bisnis yang menuntut untuk selalu bersikap dan berperilaku sebagai wirausahawan dan melakukan perubahan-perubahan, menyesuaikan antara fakta yang ada dengan tuntutan perubahan serta memperbesar usaha, tetapi di sisi lain ada kepentingan-kepentingan Pemerintah yang mungkin saja berlawanan dengan kepentingan sebagai suatu unit bisnis. Padahal dalam technopreneurship diperlukan semangat kompetisi yang dominan, agar tidak tertinggal dari turbulensi bisnis global.
Dalam kurun waktu yang panjang, ilmu pengetahuan ditempatkan pada “kotak” tersendiri secara eksklusif, seolah-olah diasingkan dari kegiatan ekonomi. Dunia ilmu pengetahuan atau kita sebut dengan pendidikan, dianggap bukan menjadi bagian dari suatu sistem ekonomi. Dunia pendidikan dipandang sebagai suatu dunia tersendiri tempat dibangunnya nilai-nilai luhur, sementara dunia ekonomi dipandang sebagai dunia yang penuh dengan kecurangan, ketidakadilan, bahkan seolah dunia tanpai nilai (value). Cara pandang yang dikotomis tersebut, dalam kurun waktu yang lama belum dapat terjembatani secara baik. Masing-masing pihak lebih mementingkan dan meng claim sebagai pihak yang paling benar.
3.3 Invensi, Inovasi, dan Technopreneur
Technopreneurship bersumber dari invensi dan inovasi. Invensi adalah sebuah penemuan baru yang bertujuan untuk mempermudah kehidupan. Inovasi adalah proses adopsi sebuah penemuan oleh mekanisme pasar. Invensi dan inovasi ada dua jenis, yakni :
1. Invensi dan inovasi produk
2. Invensi dan inovasi proses
Berbagai kemajuan yang dicapai diawali dengan riset dan temuan-temuan baru dalam bidang teknologi (invensi) yang kemudian dikembangkan sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan bagi pnciptanya dan masyarakat penggunanya. Perkembangan bisnis daam bidang teknologi diawali dari ide-ide kreatif di beberapa pusat penelitian (kebanyakan dari perguruan tinggi) yang mampu dikembangkan, sehingga memiliki nilai jual di pasar. Pengagas ide dan pencipta produk dalam bidang teknologi tersebut sering dikenal dengan nama technopreneur (teknoprener), karena mereka mampu menggabungkan antara ilmu pengetahuan yang dimiliki melalui kreasi/ide produk yang diciptakan dengan kemampuan berwirausaha melalui penjualan produk yang dihasilkan di pasar. Dengan demikian, technopreneurship merupakan gabungan dari teknologi (kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi) dengan kewirausahaan (bekerja sendiri untuk mendatangkan keuntungan melalui proses bisnis).
3.4 Pengaruh Teknologi Terhadap Persaingan Dalam Perusahaan
Sistem informasi dan teknologi telah menjadi komponen yang sangat penting bagi keberhasilan bisnis dan organisasi. Teknologi informasi dapat membantu segala jenis bisnis meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses bisnis, pengambilan keputusan manajerial, dan kerjasama kelompok kerja, hingga dapat memperkuat posisi kompetitif dalam pasar yang cepat sekali berubah. Hal ini berlaku ketika teknologi informasi digunakan untuk mendukung tim pengembangan produk, proses dukungan untuk pelanggan, transaksi e-commerce atau dalam aktivitas bisnis lainnya. Teknologi informasi berbasis internet menjadi bahan yang dibutuhkan untuk keberhasilan bisnis di lingkungan global yang dinamis saat ini.
Teknologi informasi memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, seperti mampu meringankan aktivitas bisnis serta menghasilkan informasi yang dapat dipercaya, relevan, tepat waktu, lengkap, dapat dipahami, dan teruji dalam rangka perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan manajemen.
Kinerja perusahaan dan efisiensi operasi perusahaan perlu ditingkatkan,. Akibatnya perusahaan dapat tetap bertahan dalam era informasi serta mampu menghadapi persaingan pasar global. Selain itu perkembangan teknologi informasi juga dapat menimbulkan beberapa dampak negatif bagi perusahaan, seperti tertutupnya kesempatan kerja, serta timbulnya kejahatankejahatan teknologi informasi yang dapat merugikan perusahaan.
Teknologi informasi muncul sebagai akibat semakin merebaknya globalisasi dalam kehidupan organisasi, semakin kerasnya persaingan bisnis, semakin singkatnya siklus hidup barang dan jasa yang ditawarkan, serta meningkatnya tuntutan selera konsumen terhadap produk dan jasa yang ditawarkan. Untuk mengantisipasi semua ini, perusahaan mencari terobosan baru dengan memanfaatkan teknologi. Teknologi diharapkan dapat menjadi fasilitator dan interpreter. Semula teknologi informasi digunakan hanya terbatas pada pemrosesan data. Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi tersebut, hampir semua aktivitas organisasi saat ini telah dimasuki oleh aplikasi dan otomatisasi teknologi informasi.
3.5 Contoh-Contoh Inovasi Pada Beberapa Perusahaan Yang Ada Di Indonesia.
Berikut beberapa contoh inovasi pada perusahaan di Indonesia yang saya dapatkan :
• Layanan korporat dari XL. Persaingan antar operator telepon mobile, dan juga antara GSM dan CDMA membuat XL melirik ke pasar korporat. Perusahaan ini meluncurkan layanan Office Zone dan GSM PABX yang cukup inovatif. Lewat fasilitas terbaru XL tersebut, XL berfungsi sebagai “extention” sistem komunikasi perusahaan. Staf perusahaan yang memakai layanan ini bisa menelepon ke kantor pusat tanpa dikenakan biaya sama sekali selama masih berada pada zona yang ditentukan. Keluar dari zona tersebut, dikenakan biaya flat fee yang masih cukup murah. Solusi ini termasuk inovatif karena didasarkan atas kebutuhan korporat yang selama ini jarang diperhatikan. Solusi ini juga mampu menghemat biaya komunikasi korporat, dan sekaligus menjamin pendapatan untuk XL dari segmen yang cukup loyal tersebut.
• Ovale dari PT KinoCare. Produk ini dianggap inovatif karena menggabungkan dua produk, yakni: krim pembersih (face cleansing milk) dan penyegar (face toner) dalam satu produk. Perusahaan ini juga meluncurkan Ovale Maskulin yang ditawarkan untuk para pria pengendara kendaraan bermotor di Indonesia yang jumlahnya cukup besar.
• Produk-produk elektronik dari PT Hartono Istana Teknologi (HIT). Produsen Polytron ini telah melahirkan beberapa inovasi yang pantas untuk dicatat, antara lain teknologi Singasong (teknologi audiovisual di dalam kaset audio), kulkas dua fungsi (pendingin dan penghangat), dan TV Xcel Home Theater yang sudah dilengkapi dengan perangkat home theater dan DVDplayer. Inovasi dan kualitas Polytron membuat banyak pembeli yang tidak tahu jika merek ini adalah merek lokal.
• Sabun Harmony dan Lervia dari PT Megasurya Mas. Sabun beraroma buah ini bukan saja diterima di Indonesia, namun sudah diekspor ke mancanegara. Di India dan beberapa negara Timur Tengah, merek Harmony cukup disegani. Bahkan, di negara Turki, nama Harmony sudah identik dengan kategori sabun bearoma buah. Selain Harmony, Megasurya Mas juga memproduksi Lervia Milk Soap, sabun mandi dengan ekstrak susu dan moisturizer yang juga sudah diekspor ke lebih dari 30 negara.
• Suplemen Stimuno dari PT Dexa Medica. Suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh ini menggunakan tumbuhan khas Indonesia, meniran. Meniran, sebagaimana sudah diuji di laboratorium, mampu mengobati infeksi kronis dan viral. Saat ini, produk tersebut juga sudah diekspor ke negara-negara ASEAN lainnya seperti Kamboja, Vietnam, dan Singapura.
Contoh-contoh di atas berasal dari perusahaan-perusahaan yang relatif besar. Tapi itu tentu tidak berarti inovasi tidak bisa dilahirkan dari individu-individu yang sebelumnya tidak memiliki pengalaman di dunia bisnis. Silakan simak 3 contoh di bawah ini:
• Smart Diva. Dua sahabat keturunan blasteran yang kebetulan berhobi sama Jessica Schwarze dan Amanda Sari mendapatkan ide untuk membuka usaha penyewaan tas pesta. Meski ide ini sudah dijalankan sebelumnya di US, namun ide tersebut mereka dapatkan sebelum mengetahui tentang perusahaan di US tersebut. Mereka juga mengatakan bahwa ide ini adalah yang pertama kali dijalankan di Asia. Meski agak ragu-ragu di awalnya, bisnis yang diberi nama Smart Diva ini sekarang sudah dikenal di Jakarta.
• PT Suwastama. Kala orang-orang melihat enceng gondok sebagai sesuatu yang mengganggu, perusahaan ini justru melihatnya sebagai bahan baku untuk kerajinan tangan. Produk enceng gondok tersebut bukan saja sudah diekspor ke mancanegara, tetapi perusahaan ini juga merangkul ribuan perajin di sekitarnya dan memberi mereka bantuan fasilitas kepemilikan rumah.
• The Electronic Doctor Indonesia (EDI). Ide Henry Indraguna ini pantas diacungi jempol. Dengan membebankan biaya keanggotaan Rp. 100.000,-, pelanggan akan mendapatkan garansi servis setahun penuh untuk satu jenis produk elektroniknya. Untuk menjaga kualitas, Henry menjamin pemakaian spare parts asli. EDI ini juga diwaralabakan ke kota-kota lain di Indonesia.
Lewat beberapa contoh di atas, saya ingin menunjukkan bahwa inovasi demi inovasi sebenarnya bisa dilahirkan di Indonesia. Tidak ada persyaratan khusus untuk menjadi seorang inovator. Teknologi tinggi dan perlindungan hak cipta tidak dibutuhkan dan ketiadaan perlindungan hukum tersebut tidak boleh dijadikan alasan. Inovasi yang sebenarnya justru bertitik tolak dari kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi dan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan cara-cara yang lebih baik dari kompetitor Anda.
Pengetahuan terhadap kebutuhan lokal (seperti Ovale dan Teh Sosro) mampu dijadikan alat bersaing dengan perusahaan multinasional yang terkadang kurang sensitif terhadap perbedaan konsumen Indonesia dengan konsumen negara asalnya.
Memang, tidak ada juga yang berani menjamin semua inovasi akan menghasilkan keuntungan. Secara statistik, malah lebih banyak inovasi yang gagal. Beberapa produk/layanan di atas yang sekarang menguntungkan pasti akan mengalami masa-masa surut suatu saat nanti. Inovasi hari ini akan menjadi produk umum di kemudian hari, apalagi dengan cepatnya peniruan saat ini. Akan tetapi, kegagalan dan pasang surut tersebut memang dibutuhkan sebagai upaya pembelajaran. Kegagalan sesungguhnya justru terjadi bila kita takut mencoba karena takut gagal.
BAB 4
Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
Dari topik pembahasan karya tulis ini maka penulis menyimpulkan bahwa perkembangan technopreneurship melahirkan technepreneur-tecnhepreneur yang kreatif dan membuat ide-ide baru. Serta technepreneur akan selalu membuat suatu teknologi memiliki guna lebih dalam suatu bisnis.
4.2 Saran
Technopreneur perlu diberikan pelatihan awal sebagai pondasi awal sehingga para technopreneur memiliki skill based serta knowledge & experince yang cukup untuk menjadi Technopreneur, atau alternatif lainnya mereka tetap bisa bersaing secara kompetitif untuk mendapatkan lapangan pekerjaan dengan bekal IPTEK yang mereka telah kuasai.
Daftar Pustaka
1. Antonius Tanan(2008,p97), “Technopreneurship”
- Cantillon, Richard 1775. “Kewirausahaan”
- Tata sutarbi (2009).”Technopreneurship : Strategi Penting dalam Bisnis Berbasis Teknologi ”
3. Geoffrey, G. Meredith, et. Al. (1996). Kewirausahaan Teori Dan Praktek 4. Suryana, 2006 .”Kewirausahaan” 6. Thomas W. Zimmerer & Norman M. Scarborough. 2005. Essentials of Entrepreneurship and small bisiness Manajement“ 7.
Posted in Uncategorized
1 Comment